Pelukis Itu bernama BOMBER
Melihat sebuah lukisan abstrak karya Affandi, sedikit mengernyitkan mata memikirkan apa makna dari lukisan tersebut. Tapi justru disitulah seninya, sedikit mikir untuk menemukan jawabannya.
Setiap pelukis memang punya ciri masing-masing dalam mengekspresikan sebuah pemikiran ataupun isi hatinya. Hmm, Kalo pelukis saja punya cirinya masing-masing, bagaimana tiap orang yang ada di dunia ini ya? Pasti lebih beragam lagi keinginannya, pandangan hidupnya, serta tampilannya apalagi cara mereka melukis hidupnya, karena memang hidup itu bagaikan sebuah kanvas yang tadinya kosong kemudian diisi dengan cat yang terdiri dari berbagai warna, kadang terang kadang gelap, ada yang berwarna-warni, ada juga yang hitam putih. Ada yang sangat realis, ada pula yang abstrak atau surealis, ada yang naturalis dan ada yang romantik. Yah begitulah kalau mau diibaratkan dengan lukisan. Ada tipe orang yang berpikir bahwa hidup itu sangatlah simpel, terprogram dan sangat umum, lahir, sekolah, bekerja, menikah, berkeluarga kemudian mati. Untuk hidup model begini mungkin bisa diibaratkan dengan lukisan pemandangan yang indah lengkap dengan warna-warna yang cerah dan gambar yang terstruktur. Tapi ada juga yang berpikir bahwa hidup adalah sesuatu yang hanya sesaat yang harus diisi dengan segala sesuatu yang isinya berbagai bekal untuk ke akhirat, mengisinya dengan segala sesuatu yang religius gitu lah. Kalo hidup model ini mungkin bisa di ibaratkan dengan lukisan kaligrafi ataupun lukisan “The Last Supper” yang sangat terkenal itu atau lukisan-lukisan yang hitam putih, bahwa segala sesuatu yang ada di dunia dan di akhirat sifatnya mutlak sesuai track yang sudah digariskan Yang kuasa. Nah, adalagi tipe yang cuma numpang lewat doang, hidup itu diisi dengan hura-hura dan anggaplah seperti tidak ada hari esok, apa yang ada hari ini ya untuk hari ini, kalo hari esok datang, ya dipikirkan besok. Kalo besok mati, ya udah ga perlu dipikirin sekarang lah, istilahnya hidup itu gak perlu di planning deh. Yang ini ni bisa digambarin sama lukisan-lukisan abstrak yang minimalis atau lukisan yang colorful tapi tetap simpel, karena biasanya orang seperti ini memiliki permasalahan hidup yang cukup rumit, sehingga terkadang menganggap hidup memang harus dinikmati dan sudah terbiasa dengan masalah yang berat jadinya hidup gak perlu dibuat susah lagi. Hehe..sok peramal dikit lah. Begitu sih kalo yang saya perhatikan dari beberapa teman.
Nah, sekarang yang sedang sering saya amati saat adalah graffiti yang dilukis oleh pelukisnya yang biasa disebut bomber. Sering banget kita lihat di jalan-jalan di kota Jakarta ini. Menarik sekali. Sampai pernah terpikirkan untuk menghias kamar saya dengan sedikit graffiti. Tapi apa boleh buat niat tersebut belum kesampaian juga. Menurut saya grafitti dalah sebuah seni murni yang harusnya dibedakan dengan corat-coret semata. Graffiti mengandung unsur hiburan pada saat di jalan raya Jakarta yang selalu macet dan saya rasa pada saat mengerjakannya pun tidak mudah, karena saya yakin para bomber tersebut pasti terpacu adrenalinnya. Karena selain mencurahkan gairah seninya lewat tembok dan coretan cat, namun juga di landa perasaan was-was, kalau tiba-tiba ada Kamtib datang..haha. OK Kembali pada permasalahan menilai hidup seperti lukisan, nah sekarang bagaimana dengan graffiti, termasuk jenis apakah hidup yang seperti graffiti? hmm pasti kita punya jawaban sendiri-sendiri. -danang-
Setiap pelukis memang punya ciri masing-masing dalam mengekspresikan sebuah pemikiran ataupun isi hatinya. Hmm, Kalo pelukis saja punya cirinya masing-masing, bagaimana tiap orang yang ada di dunia ini ya? Pasti lebih beragam lagi keinginannya, pandangan hidupnya, serta tampilannya apalagi cara mereka melukis hidupnya, karena memang hidup itu bagaikan sebuah kanvas yang tadinya kosong kemudian diisi dengan cat yang terdiri dari berbagai warna, kadang terang kadang gelap, ada yang berwarna-warni, ada juga yang hitam putih. Ada yang sangat realis, ada pula yang abstrak atau surealis, ada yang naturalis dan ada yang romantik. Yah begitulah kalau mau diibaratkan dengan lukisan. Ada tipe orang yang berpikir bahwa hidup itu sangatlah simpel, terprogram dan sangat umum, lahir, sekolah, bekerja, menikah, berkeluarga kemudian mati. Untuk hidup model begini mungkin bisa diibaratkan dengan lukisan pemandangan yang indah lengkap dengan warna-warna yang cerah dan gambar yang terstruktur. Tapi ada juga yang berpikir bahwa hidup adalah sesuatu yang hanya sesaat yang harus diisi dengan segala sesuatu yang isinya berbagai bekal untuk ke akhirat, mengisinya dengan segala sesuatu yang religius gitu lah. Kalo hidup model ini mungkin bisa di ibaratkan dengan lukisan kaligrafi ataupun lukisan “The Last Supper” yang sangat terkenal itu atau lukisan-lukisan yang hitam putih, bahwa segala sesuatu yang ada di dunia dan di akhirat sifatnya mutlak sesuai track yang sudah digariskan Yang kuasa. Nah, adalagi tipe yang cuma numpang lewat doang, hidup itu diisi dengan hura-hura dan anggaplah seperti tidak ada hari esok, apa yang ada hari ini ya untuk hari ini, kalo hari esok datang, ya dipikirkan besok. Kalo besok mati, ya udah ga perlu dipikirin sekarang lah, istilahnya hidup itu gak perlu di planning deh. Yang ini ni bisa digambarin sama lukisan-lukisan abstrak yang minimalis atau lukisan yang colorful tapi tetap simpel, karena biasanya orang seperti ini memiliki permasalahan hidup yang cukup rumit, sehingga terkadang menganggap hidup memang harus dinikmati dan sudah terbiasa dengan masalah yang berat jadinya hidup gak perlu dibuat susah lagi. Hehe..sok peramal dikit lah. Begitu sih kalo yang saya perhatikan dari beberapa teman.
Nah, sekarang yang sedang sering saya amati saat adalah graffiti yang dilukis oleh pelukisnya yang biasa disebut bomber. Sering banget kita lihat di jalan-jalan di kota Jakarta ini. Menarik sekali. Sampai pernah terpikirkan untuk menghias kamar saya dengan sedikit graffiti. Tapi apa boleh buat niat tersebut belum kesampaian juga. Menurut saya grafitti dalah sebuah seni murni yang harusnya dibedakan dengan corat-coret semata. Graffiti mengandung unsur hiburan pada saat di jalan raya Jakarta yang selalu macet dan saya rasa pada saat mengerjakannya pun tidak mudah, karena saya yakin para bomber tersebut pasti terpacu adrenalinnya. Karena selain mencurahkan gairah seninya lewat tembok dan coretan cat, namun juga di landa perasaan was-was, kalau tiba-tiba ada Kamtib datang..haha. OK Kembali pada permasalahan menilai hidup seperti lukisan, nah sekarang bagaimana dengan graffiti, termasuk jenis apakah hidup yang seperti graffiti? hmm pasti kita punya jawaban sendiri-sendiri. -danang-
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home