Thursday, April 06, 2006

Tentang Fisik

Ketika kita menganggap seseorang itu menarik, pasti pertama yang dilihat adalah fisik. Tidak mungkin tidak! Percaya deh. Gak mungkin kan tiba-tiba kita langsung bisa melihat kepribadian atau lebih muluk lagi, hatinya. Penampilan fisik entah itu wajahnya yang cantik atau ganteng, tubuhnya yang seksi atau atletis, dan masih banyak lagi. Nah, yang menjadi masalah adalah ketika kita menganggap orang tersebut menarik, sedangkan orang lain belum tentu. Karena semua itu sifatnya relatif. Tidak bisa digeneralisasikan. Apa yang menurut orang Asia cantik belum tentu sama dengan orang Afrika. Sehingga apabila kita membuat stereotype cantik atau ganteng sangatlah tidak objektif untuk diberlakukan. Semua itu bermula dari sisi kebudayaan dan lingkungan kita tinggal. Membicarakan masalah ini sepertinya tidak ada habisnya, saya selalu berdiskusi tentang masalah ini dengan sahabat saya di kampus, dan memang hal ini akan menjadi subjektif apabila hanya dilihat dari satu pihak. Hmm, agak malas memang membicarakannya lewat sisi ilmiah apalagi dengan mengaitkan paradigma yang digunakan untuk meneliti hal ini, apakah positivist, post positivist, constructivism, atau critical. Lebih baik kita berbicara masalah yang enteng saja. Gini deh, contoh mudahnya adalah makin berkembangnya produk pemutih kulit. Semuanya bergeser dari yang tadinya kulit perempuan yang menarik adalah kuning langsat, yang sangat beken pada saat itu akibat bombardir iklan Citra beauty lotion di tahun ’80-‘90an menjadi kulit putih berseri yang sedikit kemerahan pada bagian pipi di akhir ‘90an-sampai sekarang, akibat salah satunya lewat iklan Pond’s. Jadi sudah jelas kan faktor apa yang membuat kebudayaan itu bergeser. Iklan yang disampaikan lewat media adalah salah satu penyebabnya. Atau contoh iklan susu khusus pria yang saat ini seringkali ditayangkan di TV dengan tagline “kerempeng mana keren”. Oh my God! Begitu komentar saya tentang iklan ini saat pertamakali melihat. “gila gue banget, penting banget dibeli” haha..ini juga sebuah pergeseran budaya dimana sebelumnya jarang sekali yang mengekspos pria sebagai subjek, namun dengan kenyataan bahwa saat ini memang perlu untuk pria memperhatikan penampilannya. Apalagi dengan iming-iming mendapatkan perut sixpacks. Padahal kenyataannya tidak mungkin hal tersebut tercapai tanpa olahraga yang keras dan diet ketat.
Penonton mungkin tidak pernah tahu bagaimana para orang iklan dapat mengubah persepsi mereka tentang suatu produk atau tentang suatu pandangan. Dibutuhkan pemikiran yang cukup rumit untuk menyampaikan pesan yang tepat. Sedangkan mereka hanya dapat berpendapat iklan tersebut menarik, kalau produknya memang diperlukan maka mereka akan membelinya, jika tidak ya sudah, lupakan saja. Kalau iklan tersebut tidak berhasil ya, mau tidak mau produsen akan rugi, apalagi memasang iklan di TV tidaklah murah. Sekali tayang bisa mencapai 18 juta per 30”. Jadi bisa bayangkan kan bagaimana ruginya jika iklan yang dikeluarkan tidak disukai dan tidak menarik konsumen untuk membeli produknya. Jadi merupakan lingkaran setan yang tak ada habisnya bukan, antara mempengaruhi dan dipengaruhi, antara produsen dan konsumen, antara untung dan rugi, antara penting dan tidak penting. Jadi untuk menghentikan lingkaran setan tersebut, udah lah, gak perlu terpengaruh iklan, karena orang iklan itu pinter banget loh…masa ada iklan deterjen yang bilang ”berani kotor itu baik”, baik untuk syape? Baik untuk produsen dong banyak kotor maka banyak beli deterjennya..hehe..tuh kan kebayang gak sih pinternya copywriter yg bikin tuh tagline? Jadi cuma 1 aja kuncinya, jadi diri sendiri lebih penting, kalo orang lain ada yang gak suka ya udah masalah orang itu aja deh..gampangkan??..hidup udah sulit, gak perlu dibuat tambah sulit kan? haha.. -danang-